Dalam dekade
terakhir, banyak persoalan yang menghinggapi bangsa ini. Seolah-olah
problem bangsa tidak ada habisnya, mulai dari kasus korupsi, narkoba,
aksi kekerasan, dan tawuran pelajar. Persoalan silih berganti, namun
tak ada solusi jitu yang bisa mengatasinya.
Parahnya
lagi, generasi muda sebagai penerus bangsa terlibat dalam pelbagai
peristiwa yang sungguh menyedihkan itu. Sampai-sampai ada selentingan “Pelajar kita kalau tidak terlibat tawuran, paling makai narkoba, atau buat vedio mesum”. Semoga selentingan tersebut hanya isapan jempol belaka.
Namun
faktanya, selama tahun 2012 ini setidaknya sudah ada 16 orang
meninggal akibat tawuran antarpelajar. Data ini cukup miris dan
merisaukan. Karena itu, semua pihak harus berkontribusi dalam
menyelesaikan masalah dan mencari benang merah agar hal serupa tidak
terulang kembali.
Di ranah
pendidikan, untuk mengantisipasi problem bangsa tersebut, kurikulum
Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) bisa memberikan secercah harapan
agar generasi muda tercerahkan. Salah satunya adalah memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila. Dengan pemahaman nilai-nilai
Pancasila ini, diharapkan para pelajar bisa memantapkan kepribadian dan
karakter agar memiliki kepekaan sosial, rasa cinta tanah air, mandiri,
jujur, bertanggung jawab, dan dapat bertindak positif untuk
berkontribusi pada bangsa.
Nilai-nilai
Pancasila sangat dibutuhkan untuk membangun karakter bangsa.
Pendidikan Pancasila seharusnya diyakini dapat menjadi sarana
menanggulangi persoalan bangsa yang kerap menghantui negeri ini.
Pancasila dinilai strategis karena dalam Pancasila terkandung
nilai-nilai luhur yang digalih dari pengalaman sejarah bangsa dalam
mengarungi pelbagai persoalan yang pernah terjadi.
Dalam konteks ini, seharusnya guru Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya menjejali materi yang sifatnya teks book, namun harus diimbangi dengan paktek langsung dalam memahami keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Misalnya
dalam materi toleransi, para pelajar tidak hanya diajarkan pengertian
dan konsep materi, namun para pelajar diajak merefleksikan latar
belakang siswa-siswa yang ada dalam kelas tersebut.
Selain
itu, perlu juga melibatkan para pelajar dalam kegiatan masyarakat dan
memberikan pemahaman materi terkait visi-misi berbangsa dan bernegara,
problematika remaja, dan mengenal budaya Indonesia.
Generasi
muda, khususnya para pelajar harus dikenalkan dengan lingkungan
sekitar agar memahami sosial-budaya yang ada di lingkungannya. Dimensi
sosial-budaya yang telah menjadi tata nilai merupakan kearifan lokal
yang menjadi bagian dari proses pendidikan yang harus dilakukan.
Harmonisasi kehidupan sosial masyarakat yang Pancasilais tersebut akan
sangat membantu pelajar dalam kehidupan sehari-hari.[]
